Asosiasi Pelajar Nasional Nigeria (NANS) pada hari Sabtu mengeluarkan ultimatum tujuh hari kepada Gubernur Yahaya Bello dari Negara Bagian Kogi untuk membuka kembali universitas negeri di Anyigba tanpa syarat.
Sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh Presiden Nasional NANS, Tijani Shehu, yang disampaikan kepada Kantor Berita Nigeria (NAN) di Abuja, mengatakan ultimatum tersebut akan berlaku mulai 4 Juli.
Dikatakan bahwa asosiasi tersebut mengimbau gubernur untuk segera memenuhi permintaan mereka yang mengganggu perekonomian negara, kesejahteraan pelajar Nigeria asal negara bagian Kogi, dan pegawai pemerintah.
Dikatakan bahwa jika pemerintah tidak melakukan hal tersebut, himpunan mahasiswa tersebut akan melancarkan protes di jalan-jalan ibu kota negara bagian, Lokoja.
Dikatakan bahwa posisi asosiasi tersebut didasarkan pada laporan awal dari Komite Kampus Gabungan, Cabang Negara Bagian Kogi.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa asosiasi tersebut menyatakan ketidakpuasannya atas “penolakan terus-menerus” untuk menyelesaikan krisis yang menyebabkan berlanjutnya penutupan universitas tersebut.
Dikatakan bahwa pemogokan tersebut membuat para pelajar harus tinggal di rumah selama sekitar tiga bulan, sehingga membuat sebagian besar dari mereka rentan terhadap kejahatan dan kejahatan sosial.
“Kami juga menolak penolakan Pemerintah Negara Bagian Kogi untuk melanjutkan kebijakan lama mengenai beasiswa dan pembayaran beasiswa kepada siswa Kogi, meskipun kami tahu bahwa negara bagian tersebut tidak sekuat itu dalam satu tahun terakhir.
“Merupakan advokasi kami agar sektor pendidikan diberikan tempat yang layak sesuai dengan resolusi UNESCO mengenai pembangunan pendidikan di seluruh dunia.
“Yang juga sangat memprihatinkan adalah terus ditahannya tiga hibah pemerintah ditambah dana talangan yang dimaksudkan untuk memperbaiki penderitaan para pekerja yang anak-anaknya sudah putus sekolah,” tambahnya.
Pernyataan tersebut mengatakan bahwa asosiasi tersebut juga mengutuk apa yang mereka gambarkan sebagai kelumpuhan sektor perbankan di negara bagian tersebut karena kebijakan pemerintah negara bagian yang buruk.
Dikatakan bahwa pemerintah negara bagian telah menginstruksikan semua staf untuk hanya menggunakan bank yang ditunjuk (Access dan Zenith Bank) dalam pembayaran tunggakan mereka.
“Hal ini menyebabkan bank-bank menutup toko-toko dan menyebabkan tingginya PHK staf, memperburuk penderitaan tenaga kerja yang sudah terpukul dan mengabaikan hak asasi mereka atas kebebasan dasar untuk memilih,” katanya.
Ia menambahkan bahwa asosiasi tersebut menuntut pembalikan kebijakan pemerintah mengenai pembatasan perbankan, yang dikatakannya “mematikan sektor yang dulunya bisa bertahan dengan konsekuensi negatif bagi perekonomian kecil kita”.
Dikatakan bahwa asosiasi tersebut menyerukan segera dimulainya pencairan beasiswa dan dana bantuan bagi siswa, serta pembayaran segera gaji staf sebagaimana mestinya.
“Sekretariat Nasional dengan ini memberikan ultimatum tujuh hari yang berlaku segera mulai Senin 4 Juli kepada gubernur agar doa kita dikabulkan.
“Gubernur harus melakukan hal yang diperlukan sebelum kita mengeluarkan mosi tidak percaya pada pemerintahannya.
“Kami telah memutuskan untuk mulai memobilisasi pelajar Nigeria yang mengalami kekurangan ekonomi di Kogi untuk menduduki jalan Lokoja sebagai solidaritas dengan masyarakat miskin dan pegawai negeri,” katanya. (NAN)